Senin, 11 Juni 2012

GARAM DI GUNUNG (mountain salt) Long midang, KRAYAN [kekayaan alam indonesia]

GARAM DI GUNUNG (mountain salt) Long midang, KRAYAN [kekayaan alam indonesia]




  Pepatah mengatakan garam dilaut dan asam digunung, tapi tidak untuk kampung ane, Long Midang, kec.krayan, kab.nunukan,Kalimantan Timur.
seakan pepatah itu tidak berlaku mengapa karena disana terdapat sumber air asin yang selama ini dijadikan garam yang oleh masyarakat setempat disebut ' Tusu Nado" .
Garam ini memiliki citra rasa dan aroma yang khas. Garam ini sudah dikonsumsi oleh masyarakat Krayan sejak nenek moyang ane sampai sekarang ini.
Bahkan bagi masyarakat sekitar sumur garam air dari sumur ini digunakan untuk memasak sayur/ sajian yang berkuah.

Spoiler for sumurnya garam gunung


Kelebihan dari garam ini dari garam yang biasa terdapat dipasaran yaitu ketika digunakan memasak sayuran hijau,
warna sayur tidak berubah/ tetap berwarna hijau walaupun dimasak dalam jangka waktu yang agak lama.
Makanya jangan harap agan akan menemukan garam-garam pasaran ( garam kota begitu masyarakat menyebutnya) ada didaerah ini. Garam ini ada dua jenis bubuk dan batangan namun dalam citra rasa dan aromanya tetap sama.
Garam ini diproses dengan sangat sederhana yaitu dengan cara memisahkan kadar air dan garamnya dengan cara air asin tersebut dimasak dalam wadah berupa kuali besar sampai airnya mengering dan hanya menyisakan bubuk putih.
Bubuk putih inilah yang disebut Garam Gunung " Tusu Nado" yang berbentuk bubuk. Garam jenis ini biasanya dikemas per 1 kg dalam wadah plastik. garam di jual dengan harga Rp.30rb/kg gan.
Sementara yang batangan diproses dengan cara air garam dimasukan kedalam potongan-potongan bambu lalu dibakar sampai airnya mengering dan menyisakan gumpalan garam yang sudah mengeras yang berbentuk batangan kemudian garam batangan ini dikeluarkan dari bambu tersebut lalu dikemas dalam bungkusan daun.
Proses pengelolahan garam ini tidak pernah berubah gan sejak dahulu sampai sekarang.



Spoiler for proses









Cerita sejarah garam gunung krayan

Pada jaman dahulu, seorang pemburu di daerah Krayan Hilir masuk hutan untuk memburu. Begitu masuk hutan, pemburu menemukan sasarannya yaitu seekor burung yang dinamankan dalam bahas Lun Dayeh burung “bulud.” Burung ini serupa burung merpati tetapi ukurannya dan bobotnya lebih besar. Sebagaimana kebiasaan masyarakat Lun Dayeh, si pemburu menyumpit sasarannya menggunakan anak sumpit yang telah dibalut dengan racun sumpit yang mana bila terkena sasaran akan mati dalam tempo 3-5 menit setelah terkena sumpitan.

Si pemburu menunggu dan mengintai sasarannya dari jauh. Ternyata sasarannya masih mampu terbang dan akhirnya jatuh di daerah rawa-rawa. Setelah sekian lama mencari dalam rawa-rawa tersebut, si pemburu menemukan burung yang disumpit tadi. Setelah didapat, bulu-bulunya dicabut dan dagingnya dicuci dengan air rawa yang sama. Selesai dibersihkan, si pemburu pulang dan membawa hasil buruannya.

Sesampainya di pondok, dagingnya dibakar dan begitu matang langsung dinikmati. Ternyata rasanya berbeda dengan rasa daging burung biasa. Burung yang satu ini lebih nikmat karena ada rasa asinnya. Sambil menikmati, si pemburu berpikir dan mengingat-ingat kembali kejadian-kejadian saat berburu dan si pemburu telah mencuci daging burung dengan air rawa-rawa di mana burung itu jatuh. Tanpa pikir panjang, si pemburu kembali ke rawa-rawa dan mencicipi sedikit air rawa tersebut. Ternyata benar asal rasa asin pada daging burung itu dari air rawa, yang mana di dalam areal rawa tersebut terdapat air asin.

Sejak kejadian itu, masyarakat Krayan yang sebelumnya tidak mengenal garam menggunakan air itu untuk memasak sayur dan daging. Akhirnya mereka berpikir bagaimana caranya agar air ini bisa dibawa ke mana-mana dalam bentuk bukan air. Maka melalui proses yang panjang, mereka mengetahui bagaimana caranya mengolah air ini menjadi garam seperti yang ada sekarang.”

(sumber cerita sejarah: Masyarakat Krayan Hilir dan Staf Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kabupaten Nunukan)

Garam ini diyakini memiliki kandungan yodium yang cukup karena tidak ditemukan masyarakatnya yang menghidap peyakin kekurangan zat yodium (gondok) .
Garam ini sekarang sudah kita pasarkan di negara sebelah daerah Sabah dan Serawak (Mal*ngsia)
karena kedua daerah ini secara geografis lebih dekat dengan Krayan dan mudah dijangkau melalui transportasi darat dibandingkan daerah/ kota lain Indonesia yang terdekat dari Krayan hanya bisa dijangkau dengan transportasi udara/ pesawat.

 Hal inilah yang membuat produk hasil pertanian didaerah Krayan lebih memilih Malaysia sebagai pasarnya daripada pasar dalam negeri sehingga masyarakat Indonesia tidak begitu mengenal produk hasil pertanian di Krayan.
walaupun begitu ane dan orang-orang krayan tetap cinta INDONESIA!


Sumber : http://vekoreoga.blogspot.com/2011/04/garam-gunung-mountain-salt-long-midang.html

Hanya ada di Krayan : “Asam di gunung, garam juga di gunung”

Di Krayan tidak ada istilah : “Asam di gunung, garam di laut”

       Pernah mendengar pepatah tersebut? Asam di gunung, garam di laut. Ternyata tidak melulu seperti itu. Terdapat satu tempat di Propinsi Kalimantan Timur yang justru menghasilkan garam di gunung. Sebagai kawasan yang terkenal dengan julukan The Highland of Borneo, Kecamatan Krayan (Kabupaten Nunukan) memiliki kekayaan sumberdaya alam yang tinggi mulai dari landscape yang unik, kekhasan budaya masayarakat lokal, penghasil beras berkualitas hingga memiliki mata air asin yang berasal dari pegunungan.

Penghasil garam gunung: Desa Long Midang, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur


         Garam gunung oleh masyarakat adat Suku Dayak disebut”Tusu Nado”  yang sudah dikonsumsi sejak jaman nenek moyang mereka hingga saat ini. Menurut cerita seorang yang saya temui di tempat pengolahan garam tersebut, sumber air asin penghasil garam ini ditemukan ketika nenek moyang Suku Dayak Lundayeh sedang berburu di hutan, seekor tupai berhasil di-sumpit (salah satu senjata khas Suku Dayak) dan jatuh ke air, saat tupai tersebut diolah (direbus) untuk kemudian dimakan ternyata rasanya sangat asin tidak seperti biasanya sehingga mereka mencari tahu di lokasi tupai itu jatuh dan ternyata ditemukan sumber air asin. Saat ini sumber air asin tersebut sudah direnovasi menjadi sumur garam.

Sumur sumber air garam

       
          Garam gunung memiliki cita rasa dan aroma yang khas dan memiliki kandungan yodium yang sangat tinggi. Kelebihan garam gunung dibandingkan dengan garam lain yang biasa terdapat dipasaran yaitu tidak mengubah warna hijau sayur walaupun dimasak dalam jangka waktu yang agak lama. Proses pembuatan garam ini sangat sederhana meskipun demikian tetap dibutuhkan ketelatenan untuk mendapatkan garam gunung berkualitas tinggi. Air dari sumur garam dipisahkan dengan kadar garamnya yang ditampung dan dimasak dalam sebuah kuali besar yang terbuat dari drum hingga airnya mengering dan hanya menyisakan bubuk putih garam. Bubuk putih garam ini yang biasanya dikemas per 1 kg dalam wadah plastik. Selain dalam kemasan plastik, tersedia juga garam gunung berbentuk batangan yang berbeda cara pemrosesannya. Tahapan ini yaitu dengan memasukkan air garam kedalam potongan-potongan bambu lalu dibakar sampai airnya mengering dan menyisakan gumpalan garam yang sudah mengeras, kemudian garam batangan ini dikeluarkan dari bambu tersebut lalu dikemas dalam bungkusan daun. Informasi tambahan bahwa dalam waktu dua minggu warga penghasil garam ini mampu memproduksi sebanyak 200 kg garam gunung dengan keuntungan produksi kurang lebih 5 juta rupiah. Oleh karena itu, untuk menjaga keberlangsungan produksi garam gunung sebagai salah satu sumber pendapatan, masyarakat tetap menjaga kelestarian sumber garam dan hutan disekitarnya.

Proses pemisahan air dengan garam dalam kuali (drum)




Proses pemisahan air dengan garam dalam kuali (drum)




Proses pengeringan (penjemuran) garam


Proses pengeringan (penjemuran) garam


Proses pengeringan (penjemuran) garam

         Lokasi keberadaan garam gunung ini terletak di Desa Long Midang (wilayah adat Krayan Hulu), Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan dimana desa tersebut berbatasan langsung dengan Malaysia. Di Malaysia, garam gunung ini sangat diakui kualitasnya dan dijadikan sebagai salah satu rujukan alternatif pengobatan secara tradisional. Secara geografis dan pertimbangan akses transportasi, memang Desa Long Midang (Krayan) ini lebih dekat ke Malaysia dan dapat dengan mudah dijangkau dengan transportasi darat, untuk mencapai wilayah (Indonesia) lain yang terdekat dengan Krayan saja harus menggunakan transportasi udara (pesawat) sehingga tidak mengherankan apabila para pengolah garam ini lebih memilih Malaysia sebagai pasar mereka daripada pasar dalam negeri. Hal ini jugalah yang menyebabkan masyarakat Indonesia banyak yang tidak/belum mengetahui produk garam berkualitas seperti garam gunung di Krayan ini.
Sumber :  http://deliasbaracasa.blogspot.com/2012/01/asam-di-gunung-garam-di-laut.html









Kamis, 31 Mei 2012

Mengintip Kebaikan Minyak Zaitun

Mengintip Kebaikan Minyak Zaitun

Mengintip Kebaikan Minyak Zaitun

Minyak zaitun memang sudah termahsyur berkat kebaikannya bagi kesehatan. Terkenal memiliki aroma khas, minyak yang berasal dari buah Zaitun ini bisa digunakan untuk memasak atau dikonsumsi langsung.

Banyak para ahli kesehatan menyarankan untuk mengonsumsi minyak zaitun karena diketahui mengandung lemak tak jenuh yang baik bagi tubuh dan kesehatan. Tak hanya itu, berdasarkan penelitian, minyak zaitun juga mampu mencegah berbagai penyakit.

Jantung

Para ilmuwan telah menunjukkan bukti bahwa minyak zaitun bisa memberikan perlindungan dari masalah jantung, seperti serangan jantung dan stroke. Dalam sebuah penelitian mengenai antioksidan utama dalam minyak zaitun, peneliti Portugal menunjukkan salah satu antioksidan tertinggi dalam minyak zaitun, DHPEA-EDA, bisa melindungi sel darah merah dari kerusakan.

Alzheimer

Penelitian oleh tim peneliti dari Northwestern University dan Monell Chemical Senses Center menunjukkan senyawa alami oleocanthal dalam minyak zaitun bisa membantu mengobati dan mencegah penyakit alzheimer.

Kolesterol

Sekitar 80 persen minyak zaitun mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang melawan oksidasi. Asam lemak tak jenuh tunggal ini melawan menjadi tingkat kolesterol baik dan kolesterol buruk.

Selain itu, kehadiran fenol, tokoferol dan antioksidan alami lainnya dalam minyak zaitun juga mencegah pembentukan radikal bebas tertentu yang dapat menyebabkan kerusakan sel dalam tubuh manusia.

Kanker usus

Peneliti Spanyol menunjukkan bahwa minyak zaitun dalam makanan Anda menawarkan manfaat bagi pencegahan kanker usus besar. Hasil penelitian menggunakan tikus menunjukkan bahwa tikus yang diberi makanan dilengkapi minyak zaitun memiliki risiko kanker usus lebih rendah dibandingkan tikus diberi makan dengan minyak lain.


Sumber : http://id.she.yahoo.com/mengintip-kebaikan-minyak-zaitun-083100411.html


Pembuatan Ethanol Fuel Grade Dari Sorghum (Sorghum Bi Color) Metode Reaksi Simultan Sakarifikasi Dan Fermentasi Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Pembuatan Ethanol Fuel Grade Dari Sorghum (Sorghum Bi Color) Metode Reaksi Simultan Sakarifikasi Dan Fermentasi Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Oleh : Ir. ENDAH RETNO DYARTANTI MT


Pembuatan etanol fuel grade dengan proses reaksi simultan sakarifikasi dan fermentasi (SSF) biji sorgum (sorghum bicolor L. Moencl) dengan enzim glukoamilase (aspergillus niger) dan yeast (saccharomyces cerevisiae). Pengeringan etanol menggunakan metode adsorpsi kolom unggun tetap dengan adsorbent silica gel dan CaO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinetika reaksi SSF dan karakterisasi Ethanol Fuel Grade yang dihasilkan dengan proses adsorpsi kolom unggun tetap dengan adsorbent silica gel dan CaO. Reaksi SSF dilakukan setelah proses likuifikasi dimana sorghum,larutan aliquot dan enzim alpha-amylase pada pH 6,9 dipanaskan pada suhu 85 OC selama 1.5 jam.

Pada SSF, hasil proses likuifikasi kemudian didinginkan sampai suhu 55 OC dan pH 4,5 setelah itu ditambahan larutan stater dan enzim glukoamilase. Substrat direaksikan dalam erlenmeyer anaerob yang terendam dalam shaker bath. Proses SSF dijaga pada temperatur 30OC selama 10 jam. Proses pengeringan diawali dengan pemurnian etanol melalui destilasi hingga kadar ±95% dilanjutkan pengeringan menggunakan adsorber kolom unggun tetap dengan bahan isian Silica gel dan CaO.

Kolom adsorber terdiri tabung adsorber (D= 3,8cm;H= 40cm) dengan dengan jaket pemanas. Etanol diuapkan pada temperatur ± 80ÂșC. Uap etanol kemudian dialirkan ke dalam kolom unggun tetap yang berisi adsorbent (±200gr) yang telah dikeringkan. Pengeringan etanol dijalankan selama 90 menit. Uap etanol keluaran diembunkan menjadi etanol cair melalui kondenser. Dari penelitian ini dapat pada reaksi SSF dengan kisaran enzim glukoamilase 4 ml, 8 ml, 10 ml, dan 12 ml untuk konsentrasi substrat 12 %, didapatkan kondisi optimum yaitu menggunakan konsentrasi enzim glukoamilase 8 ml.

Pada penelitian diperoleh konstanta Michaelis-Menten (Km) untuk konsentrasi substrat 12 % dan enzim glukoamilase 8 ml adalah 11,6875 gr/l.jam dan laju reaksi maksimum (Vmax) 12,5 gr/l.jam.  Pada proses pengeringan didapatkan kondisi terbaik pada berat adsorben 200 gram laju alir uap etanol 0.1667 ml/s dan menit ke 25dengan konsentrasi etanol 99,7 %

Sumber : http://lppm.uns.ac.id/sirine/penelitian.php?idp=2916

Padi Adan Tana Tam, Tradisional dan Organik Dataran Tinggi Krayan

Padi Adan Tana Tam, Tradisional dan Organik Dataran Tinggi Krayan

Rabu, 10 November 2010
Masyarakat adat di dataran tinggi Borneo khususnya Kecamatan Krayan Selatan dan Krayan Induk, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur telah menghasilkan padi lokal Adan Tana Tam. Padi adan putih, hitam dan merah atau dalam bahasa lokal pade adan buda, hitem dan sia merupakan bibit lokal hasil budidaya masyarakat adat secara tradisional.
“Beras tersebut adalah produk unggulan hasil pertanian tradisional masyarakat dengan ciri khas aroma, cita rasa dan tekstur halus,” kata Darius Khamis sebagai Ketua Koperasi Tana Tam di sela acara Indonesia Organic and Green Fair 2010 di Lapangan Taman Koleksi Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat (6/11).
Khamis mengatakan bahwa pola pertanian tradisional di dataran tinggi Krayan ini merupakan pola pertanian organik yang dipadukan dengan peternakan kerbau dan memanfaatkan air jernih dari gunung untuk irigasi persawahan. Proses penanaman sederhana.
Dalam setahun masyarakat hanya memanan padi ini satu kali. Setelah panen, lahan dibiarkan menjadi tempat kerbau berkubang dan membuang kotoran di sana. Pada bulan Juli sampai Agustus merupakan masa tanam, lalu pemanenan dilakukan pada bulan Januari sampai Februari.  
Hutan yang masih alami dan belum rusak menjamin bahwa lahan dan air yang mengalir ke persawahan adalah air yang  murni, jernih dan bebas bahan kimia. Sebagian hutan di Kecamatan Krayan dan Krayan Selatan termasuk dalam Taman Nasional Krayan Mentarang, taman nasional pertama di Indonesia yang dikelola secara kolaboratif bersama masyarakat adat.
Menurut Khamis, beras adan sudah dikenal oleh konsumen baik di tingkat lokal, nasional mupun luar negeri. Permintaan konsumen akan beras organik bermutu tinggi dari Krayan semakin hari semakain meningkat. Hal itu mendorong kelompok petani di Krayan Selatan membentuk Koperasi Serba Usaha Tana Tam Krayan Hulu (KSU-TTKH).
Pembentukan koperasi ini untuk menjaga kualitas beras dan keorganikan menyangkut proses persiapan lahan, seleksi bibit, penanaman, pasca panen, penggilingan sampai proses pengemasan untuk dipasarkan. Upaya ekstra tersebut dilakukan untuk menambah nilai pasar beras adan agar harganya adil dan mendapat kepercayaan konsumen.

Sebelum ada inisiatif ini, beras adan varietas merah dan hitam kian kurang ditanam oleh petani karena hasil panennya lebih rendah dibandingkan varietas padi baru hasil rekayasa laboratorium. Padahal jenis lokal lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dan serangan hama. Namun dengan meningkatnya minat pasar maka petani di Krayan sudah mulai menanam kembali varietas lokal yang organis ini dalam jumlah lebih banyak.

Untuk meningkatkan kualitas juga, mulai 2008 budidaya padi ini juga menggunakan pupuk kompos buatan petani sendiri. "Upaya penggunaan kompos buatan ini tidak akan mengurangi nilai tradisional dari padi adan," kata Khamis.
Beras adan putih, merah dan hitam ini adalah makanan yang sehat. Zat yang terkandung di dalamnya, khususnya varietas beras adan merah (vitamin B2) dan beras adan hitam (mineral ferum, phosphorus dan calcium) menunjukkan bahwa pilihan beras ini adalah pilihan beras sehat untuk keluarga. Beras adan hitam juga memiliki kandungan protein yang sangat tinggi sedangkan kandungan lemaknya lebih sedikit.
Beras Adan Tana Tam (tana tam berarti tanah kita) dijual dalam kemasan 1 kg dan sudah mendapat sertifikat merk dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Kementerian Hukum dan HAM. Harga 1 kg beras adan sekitar 25 ribu rupiah saat pameran. Saat ini lahan padi Adan Tana Tam seluas 0,5 hektar dan menghasilkan hasil panen 0,5 ton (500 kg).  
Sumber : http://www.organicindonesia.org/05infodata-news.php?id=204
 

Petani Sambut Gembira Sertifikat IG Beras Adan Krayan

Beras Adan Krayan Peroleh Sertifikasi Indikasi Geografis

Beras Adan Krayan Peroleh Sertifikasi Indikasi Geografis

Rabu, 25 Januari 2012
Beras Adan Krayan memperoleh sertifikat indikasi geografis dari Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM.Sertifikat Indikasi Geografis Beras Adan Krayan diserahkan langsung oleh Dirjen HKI yang didampingi Kakanwil Kalimantan Timur kepada Gubernur Kalimantan Timur pada upacara hari ulang tahun Kalimantan Timur ke 55 di lapangan Madya Sempaja Samarinda pada tanggal 9 Januari 2012.

Upaya perlindungan beras Adan Krayan merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dengan Kementerian Dalam Negeri RI dan Kementerian Pertanian RI ”Tentang Pengembangan Potensi Produk Indikasi Geografis Bidang Pertanian”. Kemudian pada tanggal 26 September 2011, Beras Adan Krayan diajukan oleh Asosiasi Masyarakat Adan untuk mendapatkan perlindungan hukum perlindungan Indikasi Geografis
           
Beras Adan Krayan. Permohonan ini ditindaklanjuti oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bersama dengan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dan Dinas Pertanian Propinsi Kalimantan Timur dengan melakukan pembinaan dan bantuan tehnis yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan substantif oleh Tim Ahli Indikasi Geografis dan dinilai memenuhi syarat  untuk dapat didaftar sebagai salah satu produk Indikasi Geografis Indonesia.
           
Beras Adan merupakan beras yang diproduksi oleh petani di wilayah Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur yang merupakan salah satu kawasan terluar yang berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia. Wilayah Krayan berada pada ketinggian sekitar 1.000 m di atas permukaan laut Wilayah tersebut termasuk sulit dijangkau karena hanya bisa ditempuh melalui jalan udara dari kabupaten Nunukan atau Tarakan dan tidak ada akses melalui jalan darat atau sungai, Wilayah Krayan merupakan  lembah yang dikelilingi hutan lindung dan sejumlah gunung yang secara administratif dibagi menjadi dua yaitu kecamatan Krayan Induk dan Kecamatan Krayan Selatan.  Wilayah tersebut terkenal menghasilkan  beras dengan  cita rasa khas,   penanaman padi diolah secara organik dengan memanfaatkan kotoran kerbau sebagai input pemupukan. Cita rasa beras Adan Krayan tidak bisa ditemukan di wilayah lain hal ini merupakan satu keunikan tersendiri.
           
Dengan keunggulan yang dimiliki maka beras Adan dikonsumsi secara luas di Malaysia dan Brunei Darussalam bahkan konon keluarga kerajaan Brunei Darussalam gemar mengkonsumsi beras Adan Krayan sebagai sumber makanan pokok sehari-hari.

Bario Rice            
Salah satu alasan pentingnya pendaftaran IG Beras Adan Kerayan tidak terlepas dari keberadaan Bario rice. Bario rice adalah beras yang dihasilkan di kampung Bario, Serawak Malaysia yang wilayahnya berbatasan langsung dengan wilayah Krayan,  Bario Rice yang telah terdaftar sebagai produk IG di Malaysia memiliki ciri khas yang tidak jauh berbeda dengan Adan Krayan karena wilayah pertumbuhan ada dalam satu kawasan.
Wilayah penanaman Bario Rice tidak seluas areal penanaman Beras Adan oleh sebab itu surplus beras Adan sering diperdagangkan  dengan nama Bario Rice oleh para pedagang di Malaysia. Hal ini tentu bisa ditebak mereka membeli beras Adan Krayan dengan harga sangat murah dan menjualnya dengan harga setinggi-tingginya dengan nama Bario Rice.
           
Harapan masyarakat Krayan dengan didaftarkannya beras adan krayan adalah Pemerintah cq Kementerian hukum dan HAM dapat memberikan pengakuan sekaligus perlindungan hukum terhadap penyalahgunaan nama asal barang sehingga reputasi yang ada dapat dipertahankan. pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan para petani  krayan.


Sumber: http://www.dgip.go.id/kegiatan/berita-hki/107-beras-adan-krayan
Sumber : http://www.organicindonesia.org/05infodata-news.php?id=321
 

Selasa, 15 Mei 2012

PADI ADAN, PADI DATARAN TINGGI KRAYAN

CATATAN TEMAN : PADI ADAN KRAYAN

PADI ADAN, PADI DATARAN TINGGI KRAYAN

PADI ADAN ENDEMIK KRAYAN
by. Bakri Supian 4April2012

Padi Adan merupakan variant padi yang tumbuh di daerah dataran tinggi pedalaman Kalimantan Timur Kabupaten Nunukan yaitu Daerah Krayan yang melingkupi Kecamatan Krayan Induk dan Krayan Selatan serta ada sebagian didaerah Malaysia yaitu Serawak, daerah Krayan berada pada daerah ketinggian sekitar 1000 – 1600 m dpl sehingga ada yang menyebut padi ini sebagai padi dataran tinggi.

Kawasan produksi Padi Adan tersebut mempunyai luasan sawah tidak termasuk luasan yang berada di luar Krayan sekitar 5.430 ha yang tertata di sela-sela lembah perbukitan dengan kemampuan produksi 4 – 6 ton/ha sehingga total produksi pertahunnya berkisar 27.000 ton, sistem pertanian atau pola tani masih mengadopsi budaya tani masyarakat Krayan sejak dulu yang ramah lingkungan sehingga oleh Pemda Kab. Nunukan melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan peternakan di daerah ini dijadikan sentra prosuksi padi Organik jenis Adan dengan mengembangkan sistem pertanian alami yang tidak mengutamakan penggunaan zat kimia dalam pola bercocok tanamnya. Kawasan pertanian ini pun dijadikan kawasan Plasma nupta bagi pertanian dan Kawasan Taman nasional Krayan mentarang yang berada disekitar pengembangan Sawah tersebut dengan luasan taman sekitar 359.819 ha yang kaya dengan keragaman biodefersity.

Sistem pertanian menggunakan pola pertanian sesuai budaya masyarakat Krayan dari dulu sebagaimana masayarakat budaya yang tak lepas dari sistem kearipan lokal yang bertumpu pada keadaan siklus alam dan pola ramah lingkungan berupa lahan pertanian digarap bergilir sesuai keadaan lokasi, musim (umumnya diantara musim hujan) dan budaya setempat mengikuti pengaturan masyarakat adat.


Masa pemeliharan Padi hingga panen yang membutuhkan waktu empat-lima bulan sehingga setiap lahan hanya digarap sekali dalam setahun, saat masa tidak aktip tersebutlah proses pengolahan lahan secara alami terbentuk berupa pengendapan unsur hara yang terbawa air, proses pembusukan gulma dan sisa pasca panen yang dihancurkan menjadi penyubur serta proses biologi lainnya disamping itu pada saat tersebut kawasan ini menjadi tempat pengembalaan kerbau saat istirahat dan ternak lain yang akan menghasilkan kotoran yang bertindak sebagai kompos tanaman.

Padi Adan termasuk padi golongan CERE mempunyai 15-22 varietas dengan spesipikasi berasnya Kecil dan bundar serta beraroma harum yang hidup didataran tinggi, beberapa pengalaman menunjukkan bahwa padi ini pernah ditanam di luar daerah Krayan ternyata jarang yang berhasil.



Dari hasil uji laboratorium ditemukan kandungan beras berupa
Carbohydrate : 80,36 %, Protein : 7,69 %, Lemak : 0,43 % dan Amilase : 21,71 %. Kandungan mineral tertinggi Besi (Fe) : 13,16 ppm mineral lainnya kurang dari 1 ppm. Rendemen : 64,57 % secara pisik Padi Adan mempunyai ciri diantaranya Beras Kepala : 91,86 %, Beras Patah : 7,56 %, Menir : 0,58 %, Butir Rusak : 0,31 %, Butir Kapur : 0,43 %. dan memiliki warna putih dan kuning beras biasa dan coklat dan hitam merupakan beras Ketan.


Sejarah padi Adan, Konon katanya ada salah satu Tokoh Masyarakat bernama TEPUN PADAN dan dipanggil PUN ADAN, tinggal di desa LIANG BUA (Sekarang desa BRIAN BARU KRAYAN INDUK) yang pertama kali membudidayakan jenis padi ini di Krayan sehingga Sesuai dengan nama penangkar Padi inilah maka disebut padi ADAN dan padi ini mulai dibudidayakan masyarakat Krayan sejak satu abad yang lalu.

Beras ini telah diusahakan secara komersil oleh beberapa pengusaha tempatan (Yupai Semaring) dan koperasi ADAN TANA TAM dengan kemasan seharga Rp 13.000 – Rp 16.000/kg, Pemasaran padi ini telah merambah ke Malaysia sabah dan Serawak (disini dengan nama Bario Rice), Indonesia khususnya Kaltim , Brunei dan Filipina, beras ini disukai karena rasanya yang Gurih, Pulen dan Harum.
Padi Adan oleh Kementrian hukum dan Ham RI telah diberikan sertipikasi Indikasi – Geografis (IG) sebagai pengesahan bahwa tanaman ini khas daerah ketinggian Krayan yang diberikan kepada Pemilik yaitu Asosiasi Masyarakat Adat Perlindungan Beras Adan Kerayan sebagai pengusul.

Sumber : http://bakritomaiwa-nusantara.blogspot.com/search?updated-min=2012-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00-08:00&max-results=29